Berangkat gelap, pulang gelap, tapi seruu!

Kira-kira bergitulah perjalananku dan kekasih di awal libur panjang akhir pekan. Bagaimana tidak? kurang lebih jam 05.30 kami sudah beranjak pergi ke Taman Bunga Nusantara (TBN) dan baru sampai Depok kembali jam 23.30-an. Namun di tengah-tengahnya, banyak petualangan seru yang kami alami. Mau tahu? Mari kumulai.

Read More......


Musim libur sekolah sudah dekat tapi saya masih tidak tahu mau jalan-jalan kemana liburan kali ini. Harga tiket pesawat yang sudah melambung tinggi serta bayangan akan terjebak kemacetan sepanjang jalan menuju tempat liburan sudah membayangi benak saya. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak pergi terlalu jauh dari ibukota tercinta Jakarta. Muncullah Ciwidey sebagai tujuan jalan-jalan kali ini meskipun sesungguhnya saya sudah pernah pergi ke daerah ini sekitar 5 tahun yang lalu bersama dengan keluarga. Tapi kali ini tentu berbeda, karena saya berencana pergi menuju Ciwidey dengan menggunakan angkutan umum.

Read More......

Setelah sampai di Museum Tekstil dan menjelajahi keberagaman tekstil nusantara di dalamnya, Saya dan pacar merasa kelaparan. Berhubung kami tak tahu tempat makan yang enak, maka penjual tiket museum menjadi sasaran pertanyaan.

Read More......

"Jalan ke surga itu memang tidak mudah, tapi surga itu indah"
Kira-kira, itulah gambaran perjalanan menuju ke sebuah pantai di daerah Banten, Pantai Sawarna. Beberapa teman saya membicarakan tentang Pantai Sawarna, dan saya merasa sangat tersinggung saat mereka membicarakan pantai ini. Pertama, sebagai seseorang yang mencintai pantai, mengapa saya baru mendengar pantai ini dari mereka? Kedua, pantai ini terletak di daerah Banten, yang merupakan kampung halaman Ibu saya.

Akhirnya, untuk melepaskan rasa tersinggung saya, kami memutuskan untuk pergi ke Pantai Sawarna, dan dengan bekal "Malu Bertanya Sesat di Jalan" serta "Tenang, gw kan anak Banten", kami pun memutuskan untuk pergi ke Pantai Sawarna dengan cara ngeteng. Sebelum pergi, saya menugaskan teman saya untuk mencari tahu letak Pantai Sawarna, setelah teman saya memberi informasi tersebut pada saya, maka saya mencari tahu bagaimana cara termudah ke sana. Perjalanan pun, dimulai!

Jumat pagi, saya dan teman-teman saya bertemu di stasiun Tanah Abang. Saya hapal ada satu kereta Merak Jaya dengan rute Tanah Abang - Serang (via Rangkasbitung) yang berangkat pukul 6 pagi. Maka saya titahkan teman-teman saya untuk berkumpul pukul 5.30 pagi di Tanah Abang agar bisa menaiki kereta tersebut. Dengan biaya RP 12,000, perjalanan dengan Kereta Api Merak Jaya memakan waktu sekitar 90 menit. Kereta ekonomi rute Tanah Abang - Rangkasbitung diberangkatkan setiap jam, namun kereta ini akan berhenti di setiap stasiun, serta akan disalip oleh beberapa kereta ekspress, sehingga perjalannya bisa memakan waktu 2,5 - 3 jam atau bahkan lebih.

Sampai di Rangkasbitung, menurut keterangan, kami harus ke daerah Bayah. Hal ini tidak
begitu sulit, karena sejak dulu aku sering melihat mobil ELF yang bertuliskan "Bayah" di depan kacanya. Kami pun kemudian menaiki ELF berwarna Kuning menuju Bayah ini. Tarif angkutan ELF ini Rp. 20,000. Perjalanan yang aku sebut berat pun dimulai. Sebenarnya, perjalanan berat ini dirasakan oleh ELF yang kami tumpangi, hal ini disebabkan jalanan menuju Bayah dari Rangkasbitung rusak total. Jalanan yang mengalami rusak parah adalah perjalanan dari Rangkasbitung - Malimping, sedangkan dari Malimping menuju Bayah, perjalanannya sudah bisa dinikmati dengan jalan yang cukup mulus. Di garis perjalanan ini kita mulai bisa menikmati garis pantai Ciantir. Sepanjang perjalanan kita bisa melihat pantai, pohon kelapa, pokoknya pemandangan yang menyejukkan jiwa. Perjalanan Rangkasbitung - Malimping - Bayah ini memakan waktu kurang lebih 3 jam.

Setelah kami sampai di Bayah, perjalanan ke Desa Sawarna harus ditempuh dengan ojek motor. Mereka memasang harga Rp. 25,000 - Rp. 30,000 tapi tarif yang kami sepakati adalah Rp 15,000 per motor. Perjalanan menuju Pantai ini juga termasuk dalam "jalan ke surga itu memang tidak mudah," namun kali ini dialami oleh motor yang kami tumpangi, serta, supir ojeknya mungkin. Perjalanan 40 menit dengan ojek ini menempuh jalan yang tidak kalah rusaknya dengan jalanan dari Rangkasbitung ke Malimping. Ditambah lagi dengan turunan-turunan curam.

Tapi setelah perjalanan yang tidak mudah itu, kami pun luruh ketika sampai di Desa Sawarna. Kami disambut dengan gapura kecil yang bertuliskan Desa Sawarna. Pedesaan, sawah, udara sejuk, dan yang terpenting pantai, semuanya kami temukan di desa ini. Setelah berembuk, kami pun akhirnya memutuskan menginap di rumah salah seorang warga. Dengan modal bahasa sunda kasar dan modal "abdi teh bumi'na ti Pajagan" (saya tuh rumahnya di Pajagan -desa di Lebak, Banten-) kami bisa bermalam dengan biaya Rp. 50,000 per malam.

Kami pun menikmati liburan ngeteng kami di Desa Sawarna. Bukan hanya menikmati Pantai Sawarna, kami juga berjalan-jalan di pematang sawah, menonton beberapa anak kecil bermain bola, serta menikmati jalan-jalan setapak desa tersebut. Setelah ngobrol dengan warga, ternyata Desa ini telah menjadi Desa Wisata. Sebenarnya di Desa Sawarna ini telah ada sebuah Guest House, yaitu Rumah Husada, yang pemiliknya adalah Bapak Husada sendiri. Guest House ini biasanya ditempati oleh turis-turis lokal dan juga internasional. Biasanya mereka adalah para surfer. Mendengar ceritanya, nampaknya Guest House ini sangat bagus. Tapi, kami tidak menyesal menginap di rumah Pak Daya, karena kami lebih merasakan suasana pedesaannya.

Selain suasana desa dan kekeluargaannya, Desa Sawarna ini memiliki pantai dengan pasir yang sangat indah, ombaknya pun saya yakin menantang bagi mereka yang suka surfing. Garis pantainya terlihat tidak terputus, mungkin sekitar 2 KM. Yang paling indah buat saya adalah sunsetnya. Kami sangat menyesal karena kami berlima hanya bermodal kamera digital, karena kami berlima memang hobby difoto, bukan memfoto, jadi kurang modal untuk memiliki kamera ^^.

Walaupun di atas saya bilang bahwa perjalanan ke surga itu tidak mudah, tapi mungkin saya harus bilang bahwa ada jalan mudah ke surga. Hal ini karena, ketika saya bermain-main di pantai bersama teman-teman saya, saya menyaksikan sebuah pesawat capung mendarat di atas air. Yap, ternyata pesawat capung itu membawa beberapa anak muda (seperti kami) yang ingin liburan. Bedanya, nampaknya jalan mereka lebih mudah untuk ke 'surga dunia' ini. Hehehe.

Huff, hari ketiga!Hari ketiga kami harus meninggalkan Desa Sawarna ini. Pak Daya memberitahu kami angkutan umum dari Bayah menuju Rangkasbitung hanya sampai jam 4 sore. Maka kami tidak bisa berlama-lama lagi bermain di pantai di hari ketiga ini. Kami pun menaniki ojek ke Bayah dan setibanya di Bayah kami harus menunggu ELF menuju Rangkasbitung sampai lebih dari 1 jam. Dari Rangkasbitung kami kembali ke Jakarta dengan kereta api ekonomi.

Jalan ke surga itu tidak mudah, tapi...surga itu indah. Jadi, intinya bila Anda telah tiba di Pantai Sawarna, Anda tidak akan memikirkan perjalan Anda menuju ke sana, Anda hanya akan menikmati suasananya, pantainya, sawahnya, desanya!

Tips:
- Jakarta - Rangkasbitung (naik kereta/bus), Rangkas bitung - Bayah (naik ELF), Bayah - Sawarna (naik Ojek)
- Jakarta - Serang (naik kereta/bus), Serang Bayah (naik ELF), Bayah - Sawarna (naik ojek)
- Jakarta - Cimone, Cimone - Bayah (1 Bus berangkat setiap jam 6 pagi), Bayah - Sawarna (naik ojek)

Read More......

Terkadang pengalaman ngeteng tidak hanya hadir selama perjalanan. Ada juga hal menarik yang muncul ketika perjalanan itu telah sampai di tujuan. Ini ceritanya.

Saya lupa kapan persis kejadiannya. Kalau nggak salah hari Jumat siang hari dan saya baru saja belanja dengan teman saya (hints: inisialnya DN) di daerah kota. Siang itu panasnya lumayan scorching dan bikin energi cepat susut (baca: butuh asupan energi, makan!!). Sepanjang perjalanan kami kelaparan dan menyebutkan makanan yang ingin dimakan. Berhubung kenyamanan berada di dalam Trans Jakarta berbanding terbalik dengan cuaca di luar, kami jadi makin males turun di salah satu shelter yang ada di Kota sampai Blok M untuk turun dan cari makan. Kami memutuskan untuk makan di Blok M karena disana ada foodcourt di Pasaraya yang makanannya lebih beragam dan tempatnya nyaman.

Bus Trans Jakarta sudah merapat di terminal Blok M, tandanya kami harus segera turun dan lanjut cari makan. Begitu turun kami sudah melihat gedung Pasaraya yang kelihatan berdiri tinggi dan jauh sekali dari tempat kami berdiri di bus stop Trans Jakarta, padahal kami sudah sampai di Blok M. Rasanya jauh di mata dan jauh di kaki.

Kami lalu lanjut jalan kaki turun melewati tangga. Tepat setelah menuruni tangga, langkah kami terhenti. Ada warung mie aceh di situ, tempatnya benar-benar nyempil. Untuk restorannya memanfaatkan area kosong di bawah tangga yang baru saja kami turuni. Jadi di bawah tangga ada tangga lagi. Area masak & saji ada di atas, area makan ada di bawah tangga yang ada di bawah tangga. Bingung? Coba aja begini. Naik Trans Jakarta sampai Blok M. Lalu turun dan ikuti jalan. Warung tersebut tepat ada di bawah tangga yang baru saja kita turuni.

Ada perasaan aneh yang muncul ketika berada di warung tersebut karena tepat di atas kepala kita ada bus Trans Jakarta yang melintas. Suara berisik kendaraan, suara orang berbicara, bunyi clang-clang ketika peralatan masak digunakan, pengamen yang menyanyi, bau harum mie yang sedang dimasak, bau manis dari jus timun, orang lalu lalang di depan warung, dan pelayan yang membawa pesanan merupakan sedikit gambaran dari situasi di sana. Dan semua atribut tersebut membuat indera saya jadi makin ON. Rasanya tidak hanya lidah saya yang merasakan makanan. Tapi telinga, mata, hidung, dan kulit juga turut merasakan kondisi di tempat itu. It was a great experience to eat at that kind of place!

Untuk mie harganya sekitar Rp 10.000 - Rp 15.000. Ada roti cane & jala, kari juga ada, tapi saya lupa harganya berapa. Minumnya tentu saja jus timun! Dari beberapa warung mie aceh yang pernah saya coba, warung ini termasuk enak. Masih lebih enak daripada yang ada di sekitaran Depok - Jakarta Timur.

Sudah lama sekali sejak pertama kali saya pergi ke warung ini. Bagi yang ingin mencoba, mau pergi sama-sama dengan saya kesana? ;)

Read More......